http://tripwow.tripadvisor.com/tripwow/ta-074f-388e-fa04?ln maswin: PUISI INI BUATMU.......

Kamis, 21 Mei 2015

PUISI INI BUATMU.......

Mengenangmu

Mengenangmu......
Seperti berkelana jauh menjelajah bintang
memetik setiap noktah-noktah cahayanya
yang membentuk wajahmu dirangka langit
lalu melukiskannya kembali di kanvas hati
Dengan lembut cahaya bulan
yang terbit dari indah matamu
Mengenangmu.......
Bagai menikmati setiap tetes bening embun
yang menyebar rata pada rumput pekarangan
lalu menuainya satu-satu
dan kupintal rapi bersama desir rindu
yang terus mengalun meski mata sudah terjaga
dari rangkaian mimpi indah tentangmu
Mengenangmu......
Laksana menikmati larik pelangi dibatas cakrawala
Yang melengkung sempurna serupa senyummu
lalu dari sana, kujadikan setiap bilah warnanya
menjadi seikat puisi yang kukirimkan padamu
bersama derai gerimis dan desah pilu tak berkesudahan
Mengenangmu.......
Seperti mengayuh sampan kecil di danau yang sepi
Dimana setiap kali kayuhnya yang jatuh
Gemercik menerpa air
Adalah detak-detak jantungku
yang telah lelah menghitung waktu
sejak dirimu berlalu
dan meninggalkan jejak lembut cahaya bulan
juga serpihan kenangan
mengendap didasar hati dari matamu….....

Mengenang Namamu Pada Lirih Desau Angin

Dalam banyak kisah, kita selalu percaya bahagia selalu ada di penghujung hilirnya
sementara duka dan tangis hanyalah ornamen pelengkap
yang kerap melekat ringkih di sepanjang perjalanan
lalu akan luruh satu-satu meninggalkan jejak kelam dibelakang
Saat kukenang namamu pada lirih desau angin
di terik kemarau yang menghadirkan peluh, juga keluh
atau di temaram senja dimana kita pernah merajut asa
bayangmu hadir dalam senyap bersama senyum pahit
“Segalanya memang mungkin tak sesuai harapan,”katamu pilu
seraya menyeka air mata yang mengalir deras di tebing pipi
dan menjelma hujan, membasahi rumput pekarangan
lalu perlahan hanyut membawa impian indah kita entah kemana
“Jangan pernah berhenti untuk meyakini hadirnya kebahagiaan,”tuturmu lagi,
“karena aku akan berdiri disana, setia di ujung penantian, menyongsong kedatanganmu,
dengan atau tanpa mengenang namaku”

HARAPAN PUNAH

Baru sempat aku tuliskan kebahagiaan
Tak lama berubah menjadi kesedihan
Belum semua janji terpenuhi
Kau sudah menghentikan cerita cinta ini
Dengan alasan ragu kau menghentikan semuanya
Ragu yang sudah tak bisa buang lagi
Ingin rasanya berkata jangan berhenti sampai disini
Namun tak berdaya hatiku untuk memaksanya
Punah sudah harpanku
Tak mungkin lestari lagi
Kecewa rasanya hati ini
Sedih rasanya batin ini
Aku hanya bisa berpura-pura tegar
Menunggu waktu menghapus kenangan
Tetapi bila suatu saat kau datang kembali
Tak akan ku ragu untuk memelukmu lagi

Membenamkan Lara Pada Sungai Kerinduan

Kerapkali, kamu menganggap setiap noktah cahaya bintang di langit
yang berpendar cemerlang, adalah bagian dari serpih kebahagiaan yang menguap ke langit
“Setidaknya, aku bisa menyaksikan rasa yang hilang itu disana, menikmatinya dan berharap
segalanya akan baik-baik saja setelah semuanya berlalu,”katamu perih
Sejatinya, hidup selalu menawarkan banyak teka-teki
juga kisah sedih yang kerapkali kita benamkan bersama dalam sungai kerinduan
membiarkannya mengalir begitu saja menuju muara dimana semua seharusnya berakhir
Kerapkali, kita memang berusaha mengabaikan segala logika absurd
yang telah kita bangun dalam pikiran masing-masing
bahwa setiap jejak yang terpacak dalam riuh rentang perjalanan
adalah cermin atas kehangatan cinta dan kebersamaan kita
yang semu, juga pilu
Kita telah tahu semua tak akan sama sesuai keinginan
dan ini adalah pilihan terbaik atas segala kesempatan yang ada
Kita sudah berdamai dengan kenyataan :
meyakini bahwa tak ada yang sia-sia, walau kelak hanya menyisakan lara
serta catatan luka di kaki langit
dan kita benamkan dalam deras sungai
bersama impian, juga kenangan, yang hanyut
sampai jauh..


HARAPAN INI MASIH ADA

Harapan ini masih ada dalam hati
Seperti rasa cemas akan harapan ini pun ada
Begitu dinginnya sikapmu sekarang
Tak seperti biasanya kau begini
Jangankan memberi kabar, membalas pesan pun tidak
Mungkin kau bosan dengan pembicaraan kita dalam pesan yang aku kirim
Kau selalu bilang ‘rahasia’
Kau bilang begitu agar aku merasa penasaran
Tapi yang aku rasakan bukan itu, melainkan aku merasa takut
Aku takut kau pergi
Aku selalu mendambakan pertemuan kedua kita
Aku tunggu kau di kota ku
Kau bilang akan aku usahakan
Makin besar harapanku kepadamu
Semakin jarang kau memberikan kabar
Semakin sering aku menanyakan kabarmu
Aku geram, satu sosok datang memberi setitik cahaya
Namun aku masih belum bisa melupakanmu
Jelaskanlah supaya aku tidak takut dan kita dapat melangkah dengan leluasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar