Kader HMI Harus Mandiri dan Militan
Sejak berdirinya pada 5 Februari 1947, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) telah memainkan peran penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Sebagai organisasi kader, HMI tidak hanya mencetak mahasiswa berprestasi secara akademis, tetapi juga melahirkan pemimpin-pemimpin bangsa yang berpengaruh di berbagai bidang. Kunci dari keberhasilan tersebut terletak pada karakter kader HMI yang mandiri dan militan.
Kemandirian Kader
Kemandirian adalah ciri khas kader HMI yang sejati. Seorang kader tidak boleh menggantungkan pemikiran, tindakan, bahkan masa depannya pada orang lain. Kemandirian itu tampak dalam kemampuan berpikir kritis, bersikap dewasa, dan bertanggung jawab atas segala pilihan hidup.
Nurcholish Madjid, salah satu tokoh besar HMI, pernah menekankan pentingnya kemandirian intelektual. Menurutnya, mahasiswa harus menjadi insan akademis yang merdeka dalam berpikir, tidak mudah terikat pada dogma yang membelenggu kreativitas dan daya cipta. Dengan kemandirian inilah, kader HMI dapat menjadi motor perubahan yang membawa pencerahan bagi masyarakat.
Kemandirian juga berarti keberanian untuk mandiri secara ekonomi. Kader HMI harus mengasah kemampuan wirausaha, manajemen diri, dan tidak hanya bergantung pada orang tua atau bantuan pihak luar. Seorang kader yang mandiri secara finansial akan lebih bebas menentukan sikap, tidak mudah terjebak pada kepentingan pragmatis, dan mampu membiayai perjuangannya sendiri.
Militansi dalam Perjuangan
Selain mandiri, kader HMI dituntut untuk militan. Militansi berarti memiliki semangat juang yang tinggi, konsisten, serta pantang menyerah dalam menghadapi tantangan. Militansi kader HMI teruji dalam berbagai fase sejarah bangsa: dari masa perjuangan kemerdekaan, penegakan demokrasi, hingga era reformasi.
Lafran Pane, pendiri HMI, pernah menyampaikan bahwa mahasiswa Islam harus memiliki daya juang untuk mengabdi pada agama, bangsa, dan tanah air. Militansi itu tampak dalam kesungguhan kader untuk berorganisasi, beribadah, dan membela kebenaran, meskipun harus berhadapan dengan risiko besar.
Militansi bukan berarti keras kepala tanpa arah, melainkan sikap konsisten dalam menegakkan nilai-nilai Islam, keadilan, dan kebenaran. Seorang kader militan akan terus belajar, berkorban, dan berjuang tanpa mengharapkan balasan selain ridha Allah SWT.
Kader Pemimpin Perubahan
Kemandirian dan militansi adalah dua sisi mata uang yang saling melengkapi. Kemandirian memberi arah, sedangkan militansi memberi energi perjuangan. Kader HMI yang memiliki keduanya akan tampil sebagai pemimpin yang berintegritas, visioner, dan kokoh dalam menghadapi tantangan zaman.
Bukti nyata dapat kita lihat dari lahirnya banyak tokoh bangsa dari rahim HMI. Mulai dari cendekiawan, birokrat, politisi, hingga aktivis masyarakat sipil, mereka semua ditempa dalam kultur kemandirian dan militansi.
Maka, tugas kader hari ini adalah melanjutkan tradisi itu dengan memperkuat diri secara intelektual, spiritual, ekonomi, dan sosial. Dengan begitu, HMI akan tetap menjadi kawah candradimuka bagi lahirnya insan cita yang mampu mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT.
Bekasi, 19 September 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar