http://tripwow.tripadvisor.com/tripwow/ta-074f-388e-fa04?ln maswin

Sabtu, 18 Oktober 2025


 

Pendidikan Kebebasan Menurut Paulo Freire dan Hadi Winarno: Dari Teori Pembebasan ke Praktik Sosial di Pesanggrahan

Pendahuluan

Pendidikan sejatinya bukan sekadar proses mentransfer pengetahuan, melainkan sarana untuk membentuk manusia yang merdeka dan berdaya. Dua tokoh yang mewakili semangat ini adalah Paulo Freire, seorang filsuf dan pendidik asal Brasil, serta Hadi Winarno, tokoh masyarakat dari Pesanggrahan, Jakarta Selatan, yang berkiprah dalam bidang sosial, budaya, dan pendidikan masyarakat.
Keduanya memiliki pandangan yang sejalan: bahwa pendidikan harus menjadi jalan menuju kebebasan manusia, bukan alat penjinakan atau penindasan.

Pendidikan Kebebasan Menurut Paulo Freire

Paulo Freire dikenal luas melalui karya monumentalnya Pedagogy of the Oppressed. Ia mengkritik sistem pendidikan tradisional yang disebutnya sebagai pendidikan gaya “bank”, di mana guru dianggap sebagai pihak yang tahu segalanya, sementara murid hanyalah penerima pasif.
Menurut Freire, pendidikan seperti itu justru menindas kebebasan berpikir dan membunuh kreativitas peserta didik.

Sebagai gantinya, Freire menawarkan model pendidikan dialogis dan partisipatif. Dalam pendekatan ini, guru dan murid berdialog secara setara; keduanya sama-sama belajar dari pengalaman dan realitas sosial.
Tujuan utama pendidikan menurut Freire adalah membangkitkan kesadaran kritis (conscientização) — yaitu kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan mengubah realitas yang tidak adil. Pendidikan harus membuat manusia sadar bahwa mereka memiliki kuasa untuk memperbaiki nasibnya sendiri dan masyarakatnya.

Dengan demikian, pendidikan pembebasan versi Freire bukan hanya proses akademik, tetapi juga tindakan sosial-politik untuk menegakkan martabat dan kemanusiaan.

Pandangan dan Praktik Hadi Winarno di Pesanggrahan

Berbeda dengan Freire yang berangkat dari teori dan praksis global, Hadi Winarno mempraktikkan pendidikan kebebasan melalui kegiatan sosial dan budaya di tingkat lokal, khususnya di RW.07 Kelurahan Pesanggrahan. Sebagai tokoh masyarakat, beliau aktif mendorong warga untuk belajar dari pengalaman hidup, kebudayaan, dan kerja sama antarwarga.

Bagi Hadi Winarno, pendidikan bukan hanya urusan sekolah atau kampus, melainkan bagian dari kehidupan sehari-hari. Ia menekankan pentingnya pendidikan berbasis masyarakat, di mana warga belajar untuk mandiri, kreatif, dan berdaya guna bagi lingkungannya. Melalui kegiatan seperti karang taruna, pelestarian budaya Betawi, dan program sosial RW, beliau mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, tanggung jawab, dan kebebasan berpikir.

Dalam pandangan Hadi Winarno, kebebasan sejati tidak terletak pada kebebasan tanpa arah, melainkan kemampuan masyarakat untuk menentukan masa depannya sendiri, tanpa bergantung pada bantuan luar. Pendidikan yang membebaskan berarti membangkitkan kesadaran, kepercayaan diri, dan semangat gotong royong.

Persamaan dan Relevansi Keduanya

Walaupun berasal dari konteks berbeda, pemikiran Paulo Freire dan praktik Hadi Winarno memiliki jiwa yang sama — yaitu membebaskan manusia dari belenggu ketidaktahuan dan ketergantungan.

Aspek Paulo Freire Hadi Winarno
Fokus utama


Pembebasan dari penindasan sosial dan kebodohan


Pemberdayaan masyarakat dan kebebasan berkarya
Pendekatan


Pendidikan dialogis dan kesadaran kritis



Pendidikan sosial berbasis budaya dan gotong royong
Tujuan



Menciptakan manusia sadar dan merdeka berpikir



Membangun masyarakat mandiri dan berbudaya
Nilai dasar


Humanisme, keadilan sosial, kesetaraan



Kemanusiaan, kemandirian, pelestarian budaya

Keduanya sama-sama menekankan bahwa pendidikan tidak boleh menjadikan manusia pasif, tetapi harus memampukan mereka untuk mengubah realitas sosial. Freire melakukannya melalui teori kritis, sedangkan Hadi Winarno melaksanakannya melalui tindakan nyata di masyarakat.

Penutup

Pendidikan kebebasan bukan sekadar konsep ideal, tetapi kebutuhan nyata dalam kehidupan masyarakat modern.
Paulo Freire mengajarkan bagaimana manusia bisa sadar dan bangkit dari penindasan struktural, sedangkan Hadi Winarno menunjukkan bahwa pendidikan pembebasan dapat tumbuh dari akar budaya dan kehidupan sosial masyarakat.

Melalui pemikiran dan tindakan keduanya, kita belajar bahwa pendidikan sejati adalah proses memanusiakan manusia — menjadikan setiap individu bebas berpikir, bertanggung jawab, dan berdaya untuk membangun kehidupan yang lebih adil dan bermartabat.

Bekasi, 18 Oktober 2025



https://www.instagram.com/reel/DP-3-NFk52f/?igsh=MTk3dXg5MW5nYjU0bg==

Tidak ada komentar:

Posting Komentar