Marpala Gamabi : Harmoni Ilmu, Jiwa, dan Lingkungan
Mahasiswa sering digambarkan sebagai kelompok muda yang penuh semangat, idealisme, dan keberanian. Mereka bukan hanya menuntut ilmu di ruang-ruang kelas, tetapi juga mencari pengalaman hidup di luar bangku kuliah. Salah satu jalannya adalah melalui organisasi pecinta alam. Dari sanalah tumbuh pribadi yang tangguh, peduli, dan memiliki kesadaran mendalam tentang hubungan manusia dengan alam semesta.
Pecinta alam di kalangan mahasiswa bukan sekadar perkumpulan hobi mendaki gunung atau berkemah. Lebih dari itu, ia adalah sekolah kehidupan. Di sana, mahasiswa belajar arti persaudaraan, ketahanan fisik dan mental, serta tanggung jawab sosial. Setiap langkah di jalur pendakian, setiap malam yang dilalui di bawah bintang, dan setiap tetes keringat yang tercurah dalam kegiatan alam bebas, menjadi guru yang tak tertulis dalam kurikulum perkuliahan.
Alam memberikan pelajaran kejujuran dan kesederhanaan. Di puncak gunung, mahasiswa pecinta alam menyadari betapa kecilnya manusia di hadapan ciptaan Tuhan. Di dasar jurang, mereka belajar untuk selalu waspada. Saat menolong teman yang kelelahan, tumbuh nilai solidaritas yang tidak tergantikan. Semua itu menjadi bekal karakter yang menguatkan identitas mahasiswa sebagai agen perubahan.
Namun, menjadi pecinta alam bukan hanya soal petualangan. Ada tanggung jawab moral yang harus dipikul. Alam hari ini menghadapi ancaman: hutan gundul, pencemaran sungai, hilangnya satwa, dan krisis iklim yang kian nyata. Mahasiswa pecinta alam hadir membawa kesadaran kritis—menyuarakan perlunya pelestarian, menginisiasi aksi penghijauan, hingga terjun langsung menjadi relawan saat bencana melanda. Di situlah terjalin harmoni antara ilmu pengetahuan yang mereka peroleh di kampus dan pengabdian nyata bagi lingkungan.
Marpala Gamabi, adalah simbol keseimbangan. Mereka menggabungkan intelektualitas dengan jiwa petualang, mengawinkan idealisme dengan kepedulian sosial, serta memadukan cinta tanah air dengan cinta alam semesta. Dari ruang diskusi hingga hutan belantara, dari kampus hingga tebing curam, mereka hadir sebagai wajah generasi muda yang tidak hanya berpikir untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk sesama manusia dan bumi tempat berpijak.
"Mencintai alam bukan hanya dengan mendaki gunung, tapi juga dengan
menjaga setiap pohon, sungai, dan makhluk hidup di dalamnya. Ingat, kalian
adalah penjaga masa depan, dan alam yang kita tinggali saat ini adalah pinjaman
dari anak cucu kita nanti." (Hadi Winarno, Pra Diklatsar, STIT Al Marhalah Al Ulya Bekasi, 27 Sepetember 2025)
Pra diklatsar di kampus STAI Al Marhalah Al Ulya Bekasi, Anggota Marpala Gamabi merasakan makna lebih dalam dari sekadar aktivitas fisik. Ada pesan moral yang selalu menyertai: menjaga alam berarti menjaga kehidupan.
Pada akhirnya, mahasiswa dan pecinta alam adalah cermin dari kesadaran hidup: belajar, berjuang, dan menjaga. Mereka bukan hanya pencari ilmu, tetapi juga penjaga alam. Dan selama semangat itu tetap hidup, akan selalu ada harapan bahwa bumi ini tetap lestari nilai kepedulian tidak akan terputus oleh zaman. di tangan generasi ppenerus.
Bekasi, 28 September 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar