http://tripwow.tripadvisor.com/tripwow/ta-074f-388e-fa04?ln maswin: MAHASISWA DAN KEPEMIMPINAN MASA DEPAN

Kamis, 07 Mei 2015

MAHASISWA DAN KEPEMIMPINAN MASA DEPAN




ﷲ ﻮ ﺒﺭ ﮎ ڌﻪ   ورحمة عليكم السلام

Abstrak
Mahasiswa adalah generasi muda yang mempunyai kesempatan besar menjadi pemimpin masa depan  Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang akan bisa menjadi panutan masyarakat dalam menghadapi persaingan ditingkat global.Karena dalam persaingan global itu menuntut seseorang untuk memiliki kecerdasan pikiran,kreatifitas yang tiada henti, tidak mudah menyerah, idealisme yang kokoh, kekuatan fisik yang tangguh, dan semuanya itu dimiliki mahasiswa
Kata Kunci : Mahasiswa, generasi muda, pemimpin masa depan

A. Pendahuluan
Globalisasi yang saat ini kita hadapi menuntut setiap individu untuk lebih siap bersaing. Bersaing dalam ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, sehingga memaksa setiap orang untuk mengeluarkan kemampuan terbaik yang dimiliki agar bisa unggul dan memenangkan persaingan.
Untuk menghadapi era globalisasi tersebut setiap individu harus memiliki pendidikan yang sesuai dan memadai serta harus memiliki kreatifitas  sekaligus karakter budaya bangsa yang kuat. Jika tidak maka individu itu akan jadi pecundang di negerinya sendiri artinya menjadi penonton atau penunggu sedekah dari bangsa lain yang menguasai negerinya.
 "Bangsa  apa pun, apalagi bangsa kita, tidak akan mungkin dapat mencapai kemajuan tanpa sumber daya manusia yang baik. Sumber daya manusia yang baik tidak akan dapat kita peroleh tanpa pendidikan yang baik." kata Yusuf Kalla dalam pertemuan dengan pengurus Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia di Istana Wakil Presiden[1]
Generasi muda khususnya mahasiswa mau tidak mau harus siap menjadi calon pemimpin masa depan, ini karena mahasiswa telah memiliki ilmu yang siap untuk menjadi bekal mengelola sumber daya alam atau sumber daya manusia kearah yang lebih baik, yaitu negara yang maju, rakyatnya makmur dan mempunyai daya saing  tinggi, tidak kalah dengan negara lain di dunia ini.
B. Pendidikan Calon Pemimpin
"Tidak ada sekolah untuk mendidik pemimpin. Namun tak ada pemimpin besar yang tanpa pendidikan.Dalam sejarah tercatat banyak tokoh dunia menjadi besar dengan suatu riwayat hidup yang aneh, kadang kontras dan jauh dari biasa , yang rutin bagi kebanyanyakan orang. Banyak dari mereka membebaskan riwayat bersekolah yang tak rampung, namun mereka sungguh terdidik dengan pengalaman dan tertempa oleh lingkungan."[2]
Pendidikan harus dimaknai sebagai suatu proses pembudayaan manusia untuk dijadikan manusisa seutuhnya sesuai dengan karakter bangsa atau masyarakatnya. Pendidikan bukanlah mesin "ATM" yang bisa digunakan untuk mentransfer suatu nilai dengan cepat tanpa memperhatikan daya serap anak didik, pendidikan juga bukan merupakan progaram komputer yang bisa dengan cepat meng copy - paste nilai kedalam otak anak didik.
Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang bukan mencetak anak didik yang jago menghafal, mencotek, mudah depresi, minder, suka melakukan bullying(untuk mendapat pengakuan dari adik kelas) tetapi pendidikan yang bisa mencetak  rasa peduli pada sesama, kreatif, mandiri, rasional dan tidak mudah menyerah.
Pendidikan yang baik harus bisa menghasilkan banyak pemimpin. Pemimpin yang baik menurut Ki Hajar Dewntara adalah pemimpin yang mempunyai sifat Ing Ngarso Sung tolodo, In Madyo Mangu Karso, Tut Wuri Handayani yaitu pemimpin yang jika didepan masyarakat harus bisa jadi teladan, ditengah masyarakat harus bisa memberi semangat, dan jika dibelakang bisa menjadi pendorong.
Menurut Platon untuk mendidik calon pemimpin ada tiga pengandaian dasar yaitu yang pertama, pendidikan itu mendidik jiwa anak didik. Dengan memahami jiwa  menurut Platon membuat kita sadar bahwa pendidikan harus bisa mengarahkan jiwa anak didik kearah kebenaran yang sejati. Kedua, Imitasi artinya pendidikan harus bisa  meniru keutamaan  lingkungan sekelilingnya, dengan begitu pendidikan bisa menciptakan sensebilitas (kepekaan rasa merasa). Ketiga, konsisten dengan prinsip bahwa hidup itu harus drengkuh.[3]
C. Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam bahasa Inggris disebut dengan leadership yang berarti kemampuan mempengaruhi, atau mengajak orng lain untuk bersama - sama mencapai tujuan. Sedangkan dalam bahasa Arab disebut Imamah berasal dari kata amma ya'ummu yang berarti menuju, meneladani. Dari kata itu muncul kata imam yang berarti orang yang memimpin, karena perilakunya bisa diteladani orang lain dan memiliki visis yang jelas.
Kepemimpinan pada dasarnya adalah suatu State of Mind and state of the Spirit yang merasa terpanggil untuk memimpin dengan segala macam ucapan, perbuatan, dan perilaku hidup untuk mendorong dan mengantarkan yang dipimpin kearah cita-cita luhur bersama dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara.[4]
Ginanjar Kartasasmita menyatakan bahwa kepemimpinan sangat penting dan amat menentukan dalam kehidupan setiap bangsa, karena maju mundurnya masyarakat, jatuh bangunya bangsa dan negara ditentukan oleh pemimpinnya[5]
Setiap pemimpin pada saat memimpin selalu menghadapi suatu pilihan yang dilematis. Mengambil langkah A atau langkah B, menolong atau membiarkan mati, mendiamkan saja atau mengambil resiko. Semua harus diputuskan sendiri. Rhenald Kasali mengutip Lord Erlington yang mengatakan, pemimpin yang tak melakukan kesalahan adalah pemimpin yang tak melakukan apa - apa.[6]
Pemimpin yang memiliki kompetensi dan kepercayaan diri yang tinggi akan memiliki keteguhan dan akan merasa mampu menyelesaikan tugas karena tahu apa saja yang harus dilakukan.Kompetensi yang baik juga harus didukung care belief. jika tidak ibarat membangun istana diatas pasir.
Seorang pemimpin harus punya jiwa melayani, bukan minta dilayani. Pemimpin yang selalu dilayani ini akan merusak masa depan bangsa, yang hanya akan menciptakan "bangsa kuli". Kepemimpinan tidak diadakan untuk melayani atasan, melainkan mengubah manusia untuk mencapai hasil.Pemimpin bukanlah untuk menciptakan pengikut, melainkan harus bisa menciptakan pemimpin baru.
D. Mahasiswa dan Kepemimpinan Masa Depan
Mahasiswa yang juga disebut pemuda banyak berperan aktif dalam membangun sebuah negara dan tidak akan pernah ada habisnya. Pepatah “pemuda masa kini adalah pemimpin masa depan” tampak sudah mendarah daging dalam segala bentuk perjuangan pemuda di mana pun ia berada. Ketika pemuda  berkarya, berjuang dan berkorban untuk negara, dan ketika ia semakin matang dan dewasa, negara memberikan kesempatan baginya untuk mengabdikan diri sebagai “pelayan negara”.
Tak pelak, gairah perjuangan pemuda khususnya mahasiswa selalu hidup dan menghidupkan romantika perjuangan dan juga perubahan di segala penjuru dunia. Mahasiswa lah yang menggagas perubahan, mendorong kebuntuan, dan menemukan sebuah solusi atas tantangan negara bahkan dunia. Kata “mahasiswa” akan membuat orang berpikir tentang energi yang berlebih, semangat yang membara, kekuatan yang tiada habisnya, daya kreasi yang tak pernah terhenti, dan generasi untuk kepemimpinan negara di masa depan.
Mahasiswa memiliki semangat pergerakan yang membara dalam jiwa. Hal inilah yang sebenarnya menjadi salah satu alasan mengapa mahasiswa memiliki peran yang penting dalam masyarakat. Karena semangat pergerakan mereka yang jika dilaksanakan dalam rute yang positif akan menciptakan perubahan-perubahan, serta pengaruh dalam masyarakat, sehingga tercipta pula tatanan yang baik. Peran mahasiswa itu sendiri dapat sebagai subjek penggerak perubahan, pencipta ide kreatif, sekaligus objek yang akan menjadi contoh nyata dalam perubahan tersebut.
Sejarah mencatat ini dengan sangat baik, bagaimana pemuda tangguh bernama Christopher Colombus menembus samudra atlantik dan menemukan benua Amerika yang kini bahkan menjadi pemimpin peradaban dunia. Atau bagaimana seorang Aung Sang Suu Kyi, seorang pejuang demokrasi di Myanmar, berjuang dengan penuh kesabaran, tak mengenal kata “menyerah atau berhenti” dalam memperjuangkan hak-hak bagi rakyat Myanmar yang ia cintai.
Nelson Mandela dari Afrika Selatan juga memberikan sebuah catatan sejarah yang sangat mengangumkan, tokoh anti-apartheid ini rela meninggalkan kehidupan normalnya dan lebih memilih untuk me-wakaf-kan dirinya untuk bangsanya yang terjajah oleh orang kulit putih. Dan tentunya kita semua sama-sama mengenal Ir.Soekarno, seorang yang lebih memilih untuk berkorban untuk Indonesia , bermimpi akan menjadi Presiden Indonesia, meski saat itu “Republik bernama Indonesia” belumlah lahir.
Apa kesamaan yang mereka miliki  ? mereka berpikir besar, berjiwa besar, konsisten dalam perjuangan, serta total memberikan hidup dan mimpinya untuk keadaan negaranya yang lebih baik. Dan mereka juga telah menuai hasil yang jauh diatas mimpinya saat pertama kali menguatkan tekad untuk memberikan perjuangan total bagi negara.
Colombus tidak hanya membuktikan kalau bumi itu bulat, melainkan telah menjadi insiator dari lahirnya negara baru. Aung Sang Suu Kyi kini telah menjadi anggota parlemen hasil dari pemilu sela di Myanmar beberapa pekan lalu, kini Myanmar mulai dipercaya sebagai negara yang mampu berdemokrasi dengan baik. Nelson Mandela telah menjadi fondasi yang sangat baik dalam pembangunan Afrika Selatan, kini negara ini telah menjadi bagian dari koalisi ekonomi negara ekonomi kuat bernama BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan). Dan Soekarno ? tidak cukup mendirikan sebuah negara, beliau bahkan telah berhasil mengumpulkan 50 negara Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955, hanya 10 tahun setelah negeri ini merdeka dan bersama membuat sebuah Blok baru untuk menandingi Blok Soviet dan Blok Amerika.
Kini ? perjuangan pemuda tentu belum dan tidak akan berakhir. Bila kita mencari melalui mesin pencari di internet “pemuda berpengaruh” atau “influential young person”, maka catatan dunia maya akan mengarahkan kita kepada daftar 10 pemuda yang berpengaruh di dunia maya, tersebutlah nama-nama seperti Mark Zuckerberg-CEO Facebook, Jack Dorsey – Pendiri Twitter, Larry Page – CEO Google, Steve Jobs – CEO Apple, dan Bill Gates – CEO Microsoft.
Menarik bila melihat daftar ini, setidaknya daftar ini menjelaskan kalau pemuda berpengaruh “versi modern” adalah mereka yang memiliki inovasi, dan memberikan manfaat bagi orang lain. Kesamaan dari para pemimpin dunia digital ini adalah kemampuan inovatif mereka dan kemampuan melihat bagaimana kecendrungan manusia dan dunia di masa depan. Dan tentunya memberikan kebermanfaatan dari karya yang ia miliki.
Ciri-ciri seperti inilah yang perlu dimiliki oleh pemuda Indonesia saat ini dan masa mendatang. Disaat negeri ini kokoh dalam keunggulan komparatif seperti sumber daya alam yang hampir tidak terbatas, negeri ini justru sangat lemah dalam keunggulan kompetitif yaitu kekuatan sumber daya manusianya. Jepang, Singapura dan Negara-negara Eropa kita kenal sangat terbatas keunggulan komparatifnya, tetapi mereka kini unggul dalam banyak hal.
Sudah cukup kiranya, mahasiswa  Indonesia mengelu-elukan kekuatan sumber daya alam yang dimilikinya, kini saatnya Mahasiswa Indonesia berpikir besar bagaimana meningkatkan kapasitas diri dan berperan signifikan dalam perbaikan bangsa. Bukan sekedar wacana, melainkan sebuah aksi nyata yang terukur dan konsisten.
Indonesia akan memiliki keunggulan atau bonus demografi di tahun 2025, akibat baby booming yang terjadi di negeri ini dalam beberapa tahun terakhir. Diperkirakan jumlah penduduk muda (usia 17-40 tahun) negeri  ini akan berada pada titik puncaknya pada tahun tersebut bersama dengan India dan Cina. Disaat negara lain seperti amerika serikat, Jepang dan negara-negara eropa akan memiliki jumlah manula terbesar di tahun 2025. Ini keunggulan yang akan kita miliki, dapat menjadi kekuatan bagi Indonesia untuk menjadi negeri yang adidaya di dunia.
Pertanyaannya, apa yang telah kita siapkan untuk menyambut era keemasan tersebut  ? akankah 2025 akan menjadi tahun kebangkitan tahap kedua negeri ini atau akan justru menjadi titik balik tenggelamnya negeri ini karena sumber daya manusia yang besar hanya menjadi buih tanpa mampu merekayasa pembangunan ? Kekhawatiran yang muncul justru adalah, ketika jumlah angkatan muda yang besar di tahun 2025 menjadikan warga negeri ini sebagai budak kapitalis, dan menjadi pusat komsumtifme dunia.
Seorang pemikir muda bernama Dr. CK Prahalad dan Dr. A.P.J. Abdul Kalam, ia mengumpulkan lebih dari 500 pemuda cerdas dunia, mayoritas adalah pengusaha muda, dan academia yang telah meraih gelar Doktor di kampus ternama dunia. Mereka bersatu-padu menyusun sebuah mimpi akan India yang lebih baik, India di tahun 2020, tepat di usia India yang ke-75. Mereka namakan gerakan ini sebagai India@2020, mereka menyusun sebuah dokumen rencana pembangunan, visi besar, dalam sebuah blueprint yang akhirnya dimasukkan dalam rencana pembangunan jangka panjang di India. Mimpi besar ini mereka dokumentasikan, dan didiseminasi kepada pemuda-pemuda di India. Para pemuda kini memiliki sebuah guideline yang komprehensif mengenai masa depan India, dan mampu memposisikan diri mereka sebagai bagian signifikan dari pembangunan India. Gerakan ini tidak hanya pada skala nasional, setiap wilayah (setara provinsi) di India juga telah menyiapkan hal serupa sebagai turunan dari India@2020, maka lahirlah Gujarat@2020, West Bangal@2020, Delhi@2020 dan lain-lainnya.
Cina, negara dengan jumlah penduduk terbesar dunia yang tentunya berarti memiliki jumlah pemuda terbesar dunia juga tak kalah hebat dalam menyiapkan masa depan negerinya. Meski negeri ini masih tergolong anti-demokrasi, tetapi tidak bagi kebebasan pemuda dalam menuntut ilmu dan membuat perubahan dalam komunitas. Mereka menamai salah satu gerakan nasional mereka sebagai Future Generation of China, sebuah gerakan massif pemuda yang bermaksud menyelematkan masyarakat Cina di wilayah perdesaan dan kurang beruntung. Mereka menguatkan masyarakat dengan kegiatan wirausaha, dan berbagai inovasi sosial lainnya. Program One Village On Product yang di dorong oleh para pengusaha muda cina juga telah berbuah hasil atas kesejahteraan masyarakat di Cina. Dan tak kalah hebatnya adalah China’s Diaspora, banyak sekali pemuda Cina yang belajar dan bekerja di luar negeri, mereka telah menjadi duta yang luar biasa bagi Cina untuk menebar pengaruhnya. Saat ini, hampir 15% dari mahasiswa asing di kampus ternama berasal dari Cina, beberapa dosen terkenal pun berasal dari Cina, dan kita akan selalu menemui ChinaTown ke kota-kota besar yang ada di dunia.
Upaya kedua negara ini dalam menyiapkan bonus demografi bisa dikatakan tidak main-main, bukan hanya negara saja yang bekerja, melainkan semua potensi pemuda yang bisa dikerahkan. Pemuda mereka tidak hanya berpikir untuk diri mereka, melainkan untuk negara.
Mahasiswa Indonesia sebagai arsitek dan pemimpin masa depan Indonesia,  kaum muda bukan hanya penonton yang hanya bisa bertepuk tangan. Pemudalah  yang akan mendesain masa depan negeri ini, karena masa depan negeri ini akan di isi oleh pemuda masa kini, jangan sampai pemuda mengizinkan generasi tua merusak karpet merah yang akan pemuda isi dengan penuh integritas dan cinta akan tanah air.
Pemuda harus bisa merencanakan apa yang terbaik untuk negeri di masa mendatang, bukan sekedar pengikut tanpa memiliki pendirian yang kuat. Harta dan Tahta tidak cukup untuk membayar idealisme pemuda, maka pemuda juga harus membuktikan dengan maha karya besar untuk negeri.









DAFTAR PUSTAKA
Lamb Jonathan, Integritas - Jakarta : Perkantas – Divisi Literatur, 2008
Lebang Tomi, Berbekal Seribu Akal Pemerintahan Dengan Logika (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama,2007) h.175

Maxwell John C., Mengembangkan Kepemimpinan Di Dalam Diri Anda. Jakarta : Binarupa Aksara,1995
Kasali Rhenald, Let's Change Kepemimpinan, Keberanian, Dan Perubahan (Jakarta : PT Kompas Media Nusantara, 2014)h.61
Kartasasmita Ginanjar, Pembaruan dan pemberdayaan, (Jakarta, Ikatan Alumni ITB, 1996)h.3

Wahyudi Alwi, Pemimpin panutan,Artikel (Jawa Pos Radar Madiun : Jum'at 25 juni 2004

Wibowo A.Setyo, Cahyadi Haryanto, Mendidik Pemimpin Dan Negarawan Dialektika Filsafat Pendidikan Politi Platon Dari Yunani Antik Hingga Indonesia, (Yogyakarta : Penerbit Lamlera 2014)h.v



[1] Tomi Lebang, Berbekal Seribu Akal Pemerintahan Dengan Logika (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama,2007) h.175
[2] A.Setyo Wibowo,Haryanto Cahyadi, Mendidik Pemimpin Dan NegarawanDialektika Filsafat Pendidikan Politi Platon Dari Yunani Antik Hingga Indonesia, (Yogyakarta : Penerbit Lamlera 2014)h.v
[3] Ibid, h.287
[4] Alwi Wahyudi, Pemimpin panutan,Artikel (Jawa Pos Radar Madiun : Jum'at 25 juni 2004
[5] Ginanjar Kartasasmita, Pembaruan dan pemberdayaan, (Jakarta, Ikatan Alumni ITB, 1996)h.3
[6] Rhenald Kasali, Let's Change Kepemimpinan, Keberanian, Dan Perubahan (Jakarta : PT Kompas Media Nusantara, 2014)h.61

Tidak ada komentar:

Posting Komentar