ﷲ
ﻮ ﺒﺭ ﮎ ڌﻪ ورحمة عليكم السلام
Abstrak
Mahasiswa adalah generasi muda yang mempunyai
kesempatan besar menjadi pemimpin masa depan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang akan bisa menjadi panutan masyarakat
dalam menghadapi persaingan ditingkat global.Karena dalam persaingan global itu
menuntut seseorang untuk memiliki kecerdasan pikiran,kreatifitas yang tiada
henti, tidak mudah menyerah, idealisme yang kokoh, kekuatan fisik yang tangguh,
dan semuanya itu dimiliki mahasiswa
Kata Kunci : Mahasiswa, generasi
muda, pemimpin masa depan
A.
Pendahuluan
Globalisasi
yang saat ini kita hadapi menuntut setiap individu untuk lebih siap bersaing. Bersaing
dalam ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, sehingga memaksa setiap orang
untuk mengeluarkan kemampuan terbaik yang dimiliki agar bisa unggul dan
memenangkan persaingan.
Untuk
menghadapi era globalisasi tersebut setiap individu harus memiliki pendidikan
yang sesuai dan memadai serta harus memiliki kreatifitas sekaligus karakter budaya bangsa yang kuat. Jika
tidak maka individu itu akan jadi pecundang
di negerinya sendiri artinya menjadi penonton atau penunggu sedekah dari
bangsa lain yang menguasai negerinya.
"Bangsa
apa pun, apalagi bangsa kita, tidak akan mungkin dapat mencapai kemajuan
tanpa sumber daya manusia yang baik. Sumber daya manusia yang baik tidak akan
dapat kita peroleh tanpa pendidikan yang baik." kata Yusuf Kalla dalam
pertemuan dengan pengurus Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta
Indonesia di Istana Wakil Presiden[1]
Generasi
muda khususnya mahasiswa mau tidak mau harus siap menjadi calon pemimpin masa
depan, ini karena mahasiswa telah memiliki ilmu yang siap untuk menjadi bekal
mengelola sumber daya alam atau sumber daya manusia kearah yang lebih baik,
yaitu negara yang maju, rakyatnya makmur dan mempunyai daya saing tinggi, tidak kalah dengan negara lain di
dunia ini.
B.
Pendidikan Calon Pemimpin
"Tidak
ada sekolah untuk mendidik pemimpin. Namun tak ada pemimpin besar yang tanpa
pendidikan.Dalam sejarah tercatat banyak tokoh dunia menjadi besar dengan suatu
riwayat hidup yang aneh, kadang kontras dan jauh dari biasa , yang rutin bagi
kebanyanyakan orang. Banyak dari mereka membebaskan riwayat bersekolah yang tak
rampung, namun mereka sungguh terdidik dengan pengalaman dan tertempa oleh
lingkungan."[2]
Pendidikan
harus dimaknai sebagai suatu proses pembudayaan manusia untuk dijadikan
manusisa seutuhnya sesuai dengan karakter bangsa atau masyarakatnya. Pendidikan
bukanlah mesin "ATM" yang bisa digunakan untuk mentransfer suatu
nilai dengan cepat tanpa memperhatikan daya serap anak didik, pendidikan juga
bukan merupakan progaram komputer yang bisa dengan cepat meng copy - paste
nilai kedalam otak anak didik.
Pendidikan
yang baik adalah pendidikan yang bukan mencetak anak didik yang jago menghafal,
mencotek, mudah depresi, minder, suka melakukan bullying(untuk mendapat
pengakuan dari adik kelas) tetapi pendidikan yang bisa mencetak rasa peduli pada sesama, kreatif, mandiri, rasional
dan tidak mudah menyerah.
Pendidikan
yang baik harus bisa menghasilkan banyak pemimpin. Pemimpin yang baik menurut
Ki Hajar Dewntara adalah pemimpin yang mempunyai sifat Ing Ngarso Sung
tolodo, In Madyo Mangu Karso, Tut Wuri Handayani yaitu pemimpin yang jika
didepan masyarakat harus bisa jadi teladan, ditengah masyarakat harus bisa
memberi semangat, dan jika dibelakang bisa menjadi pendorong.
Menurut
Platon untuk mendidik calon pemimpin ada tiga pengandaian dasar yaitu yang pertama,
pendidikan itu mendidik jiwa anak didik. Dengan memahami jiwa menurut Platon membuat kita sadar bahwa
pendidikan harus bisa mengarahkan jiwa anak didik kearah kebenaran yang sejati.
Kedua, Imitasi artinya pendidikan harus bisa meniru keutamaan lingkungan sekelilingnya, dengan begitu
pendidikan bisa menciptakan sensebilitas (kepekaan rasa merasa). Ketiga,
konsisten dengan prinsip bahwa hidup itu harus drengkuh.[3]
C.
Kepemimpinan
Kepemimpinan
dalam bahasa Inggris disebut dengan leadership yang berarti kemampuan
mempengaruhi, atau mengajak orng lain untuk bersama - sama mencapai tujuan.
Sedangkan dalam bahasa Arab disebut Imamah berasal dari kata amma ya'ummu yang
berarti menuju, meneladani. Dari kata itu muncul kata imam yang berarti
orang yang memimpin, karena perilakunya bisa diteladani orang lain dan memiliki
visis yang jelas.
Kepemimpinan
pada dasarnya adalah suatu State of Mind and state of the Spirit yang
merasa terpanggil untuk memimpin dengan segala macam ucapan, perbuatan, dan
perilaku hidup untuk mendorong dan mengantarkan yang dipimpin kearah cita-cita
luhur bersama dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara.[4]
Ginanjar
Kartasasmita menyatakan bahwa kepemimpinan sangat penting dan amat menentukan
dalam kehidupan setiap bangsa, karena maju mundurnya masyarakat, jatuh bangunya
bangsa dan negara ditentukan oleh pemimpinnya[5]
Setiap
pemimpin pada saat memimpin selalu menghadapi suatu pilihan yang dilematis.
Mengambil langkah A atau langkah B, menolong atau membiarkan mati, mendiamkan
saja atau mengambil resiko. Semua harus diputuskan sendiri. Rhenald Kasali
mengutip Lord Erlington yang mengatakan, pemimpin yang tak melakukan kesalahan
adalah pemimpin yang tak melakukan apa - apa.[6]
Pemimpin
yang memiliki kompetensi dan kepercayaan diri yang tinggi akan memiliki keteguhan
dan akan merasa mampu menyelesaikan tugas karena tahu apa saja yang harus
dilakukan.Kompetensi yang baik juga harus didukung care belief. jika
tidak ibarat membangun istana diatas pasir.
Seorang
pemimpin harus punya jiwa melayani, bukan minta dilayani. Pemimpin yang selalu
dilayani ini akan merusak masa depan bangsa, yang hanya akan menciptakan
"bangsa kuli". Kepemimpinan tidak diadakan untuk melayani atasan,
melainkan mengubah manusia untuk mencapai hasil.Pemimpin bukanlah untuk
menciptakan pengikut, melainkan harus bisa menciptakan pemimpin baru.
D.
Mahasiswa dan Kepemimpinan Masa Depan
Mahasiswa
yang juga disebut pemuda banyak berperan aktif dalam membangun sebuah negara dan
tidak akan pernah ada habisnya. Pepatah “pemuda masa kini adalah pemimpin masa
depan” tampak sudah mendarah daging dalam segala bentuk perjuangan pemuda di
mana pun ia berada. Ketika pemuda berkarya, berjuang dan berkorban untuk negara,
dan ketika ia semakin matang dan dewasa, negara memberikan kesempatan baginya
untuk mengabdikan diri sebagai “pelayan negara”.
Tak
pelak, gairah perjuangan pemuda khususnya mahasiswa selalu hidup dan
menghidupkan romantika perjuangan dan juga perubahan di segala penjuru dunia.
Mahasiswa lah yang menggagas perubahan, mendorong kebuntuan, dan menemukan
sebuah solusi atas tantangan negara bahkan dunia. Kata “mahasiswa” akan membuat
orang berpikir tentang energi yang berlebih, semangat yang membara, kekuatan
yang tiada habisnya, daya kreasi yang tak pernah terhenti, dan generasi untuk
kepemimpinan negara di masa depan.
Mahasiswa
memiliki semangat pergerakan yang membara dalam jiwa. Hal inilah yang
sebenarnya menjadi salah satu alasan mengapa mahasiswa memiliki peran yang
penting dalam masyarakat. Karena semangat pergerakan mereka yang jika
dilaksanakan dalam rute yang positif akan menciptakan perubahan-perubahan,
serta pengaruh dalam masyarakat, sehingga tercipta pula tatanan yang baik.
Peran mahasiswa itu sendiri dapat sebagai subjek penggerak perubahan, pencipta
ide kreatif, sekaligus objek yang akan menjadi contoh nyata dalam perubahan
tersebut.
Sejarah
mencatat ini dengan sangat baik, bagaimana pemuda tangguh bernama Christopher
Colombus menembus samudra atlantik dan menemukan benua Amerika yang kini bahkan
menjadi pemimpin peradaban dunia. Atau bagaimana seorang Aung Sang Suu Kyi,
seorang pejuang demokrasi di Myanmar, berjuang dengan penuh kesabaran, tak
mengenal kata “menyerah atau berhenti” dalam memperjuangkan hak-hak bagi rakyat
Myanmar yang ia cintai.
Nelson
Mandela dari Afrika Selatan juga memberikan sebuah catatan sejarah yang sangat
mengangumkan, tokoh anti-apartheid ini rela meninggalkan kehidupan normalnya
dan lebih memilih untuk me-wakaf-kan dirinya untuk bangsanya yang terjajah oleh
orang kulit putih. Dan tentunya kita semua sama-sama mengenal Ir.Soekarno,
seorang yang lebih memilih untuk berkorban untuk Indonesia , bermimpi akan
menjadi Presiden Indonesia, meski saat itu “Republik bernama Indonesia”
belumlah lahir.
Apa
kesamaan yang mereka miliki ? mereka berpikir besar, berjiwa besar,
konsisten dalam perjuangan, serta total memberikan hidup dan mimpinya untuk
keadaan negaranya yang lebih baik. Dan mereka juga telah menuai hasil yang jauh
diatas mimpinya saat pertama kali menguatkan tekad untuk memberikan perjuangan
total bagi negara.
Colombus
tidak hanya membuktikan kalau bumi itu bulat, melainkan telah menjadi insiator
dari lahirnya negara baru. Aung Sang Suu Kyi kini telah menjadi anggota
parlemen hasil dari pemilu sela di Myanmar beberapa pekan lalu, kini Myanmar
mulai dipercaya sebagai negara yang mampu berdemokrasi dengan baik. Nelson
Mandela telah menjadi fondasi yang sangat baik dalam pembangunan Afrika
Selatan, kini negara ini telah menjadi bagian dari koalisi ekonomi negara
ekonomi kuat bernama BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan).
Dan Soekarno ? tidak cukup mendirikan sebuah negara, beliau bahkan telah
berhasil mengumpulkan 50 negara Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955, hanya
10 tahun setelah negeri ini merdeka dan bersama membuat sebuah Blok baru untuk
menandingi Blok Soviet dan Blok Amerika.
Kini
? perjuangan pemuda tentu belum dan tidak akan berakhir. Bila kita mencari
melalui mesin pencari di internet “pemuda berpengaruh” atau “influential young
person”, maka catatan dunia maya akan mengarahkan kita kepada daftar 10 pemuda
yang berpengaruh di dunia maya, tersebutlah nama-nama seperti Mark Zuckerberg-CEO Facebook, Jack Dorsey
– Pendiri Twitter, Larry Page – CEO Google, Steve Jobs – CEO Apple, dan Bill
Gates – CEO Microsoft.
Menarik
bila melihat daftar ini, setidaknya daftar ini menjelaskan kalau pemuda
berpengaruh “versi modern” adalah mereka yang memiliki inovasi, dan memberikan
manfaat bagi orang lain. Kesamaan dari para pemimpin dunia digital ini adalah
kemampuan inovatif mereka dan kemampuan melihat bagaimana kecendrungan manusia
dan dunia di masa depan. Dan tentunya memberikan kebermanfaatan dari karya yang
ia miliki.
Ciri-ciri
seperti inilah yang perlu dimiliki oleh pemuda Indonesia saat ini dan masa
mendatang. Disaat negeri ini kokoh dalam keunggulan komparatif seperti sumber
daya alam yang hampir tidak terbatas, negeri ini justru sangat lemah dalam
keunggulan kompetitif yaitu kekuatan sumber daya manusianya. Jepang, Singapura
dan Negara-negara Eropa kita kenal sangat terbatas keunggulan komparatifnya,
tetapi mereka kini unggul dalam banyak hal.
Sudah
cukup kiranya, mahasiswa Indonesia
mengelu-elukan kekuatan sumber daya alam yang dimilikinya, kini saatnya
Mahasiswa Indonesia berpikir besar bagaimana meningkatkan kapasitas diri dan
berperan signifikan dalam perbaikan bangsa. Bukan sekedar wacana, melainkan
sebuah aksi nyata yang terukur dan konsisten.
Indonesia
akan memiliki keunggulan atau bonus demografi di tahun 2025, akibat baby
booming yang terjadi di negeri ini dalam beberapa tahun terakhir. Diperkirakan
jumlah penduduk muda (usia 17-40 tahun) negeri ini akan berada pada titik
puncaknya pada tahun tersebut bersama dengan India dan Cina. Disaat negara lain
seperti amerika serikat, Jepang dan negara-negara eropa akan memiliki jumlah
manula terbesar di tahun 2025. Ini keunggulan yang akan kita miliki, dapat
menjadi kekuatan bagi Indonesia untuk menjadi negeri yang adidaya di dunia.
Pertanyaannya,
apa yang telah kita siapkan untuk menyambut era keemasan tersebut ?
akankah 2025 akan menjadi tahun kebangkitan tahap kedua negeri ini atau akan
justru menjadi titik balik tenggelamnya negeri ini karena sumber daya manusia
yang besar hanya menjadi buih tanpa mampu merekayasa pembangunan ? Kekhawatiran
yang muncul justru adalah, ketika jumlah angkatan muda yang besar di tahun 2025
menjadikan warga negeri ini sebagai budak kapitalis, dan menjadi pusat
komsumtifme dunia.
Seorang
pemikir muda bernama Dr. CK Prahalad dan Dr. A.P.J. Abdul Kalam, ia
mengumpulkan lebih dari 500 pemuda cerdas dunia, mayoritas adalah pengusaha
muda, dan academia yang telah meraih gelar Doktor di kampus ternama dunia.
Mereka bersatu-padu menyusun sebuah mimpi akan India yang lebih baik, India di
tahun 2020, tepat di usia India yang ke-75. Mereka namakan gerakan ini sebagai
India@2020, mereka menyusun sebuah dokumen rencana pembangunan, visi besar,
dalam sebuah blueprint yang akhirnya dimasukkan dalam rencana pembangunan
jangka panjang di India. Mimpi besar ini mereka dokumentasikan, dan
didiseminasi kepada pemuda-pemuda di India. Para pemuda kini memiliki sebuah
guideline yang komprehensif mengenai masa depan India, dan mampu memposisikan
diri mereka sebagai bagian signifikan dari pembangunan India. Gerakan ini tidak
hanya pada skala nasional, setiap wilayah (setara provinsi) di India juga telah
menyiapkan hal serupa sebagai turunan dari India@2020, maka lahirlah
Gujarat@2020, West Bangal@2020, Delhi@2020 dan lain-lainnya.
Cina,
negara dengan jumlah penduduk terbesar dunia yang tentunya berarti memiliki
jumlah pemuda terbesar dunia juga tak kalah hebat dalam menyiapkan masa depan
negerinya. Meski negeri ini masih tergolong anti-demokrasi, tetapi tidak bagi
kebebasan pemuda dalam menuntut ilmu dan membuat perubahan dalam komunitas.
Mereka menamai salah satu gerakan nasional mereka sebagai Future Generation of
China, sebuah gerakan massif pemuda yang bermaksud menyelematkan masyarakat
Cina di wilayah perdesaan dan kurang beruntung. Mereka menguatkan masyarakat
dengan kegiatan wirausaha, dan berbagai inovasi sosial lainnya. Program One
Village On Product yang di dorong oleh para pengusaha muda cina juga telah
berbuah hasil atas kesejahteraan masyarakat di Cina. Dan tak kalah hebatnya
adalah China’s Diaspora, banyak sekali pemuda Cina yang belajar dan bekerja di
luar negeri, mereka telah menjadi duta yang luar biasa bagi Cina untuk menebar
pengaruhnya. Saat ini, hampir 15% dari mahasiswa asing di kampus ternama
berasal dari Cina, beberapa dosen terkenal pun berasal dari Cina, dan kita akan
selalu menemui ChinaTown ke kota-kota besar yang ada di dunia.
Upaya
kedua negara ini dalam menyiapkan bonus demografi bisa dikatakan tidak
main-main, bukan hanya negara saja yang bekerja, melainkan semua potensi pemuda
yang bisa dikerahkan. Pemuda mereka tidak hanya berpikir untuk diri mereka,
melainkan untuk negara.
Mahasiswa
Indonesia sebagai arsitek dan pemimpin masa depan Indonesia, kaum muda bukan hanya penonton yang hanya
bisa bertepuk tangan. Pemudalah yang akan mendesain masa depan negeri
ini, karena masa depan negeri ini akan di isi oleh pemuda masa kini, jangan
sampai pemuda mengizinkan generasi tua merusak karpet merah yang akan pemuda
isi dengan penuh integritas dan cinta akan tanah air.
Pemuda
harus bisa merencanakan apa yang terbaik untuk negeri di masa mendatang, bukan
sekedar pengikut tanpa memiliki pendirian yang kuat. Harta dan Tahta tidak
cukup untuk membayar idealisme pemuda, maka pemuda juga harus membuktikan
dengan maha karya besar untuk negeri.
DAFTAR
PUSTAKA
Lamb Jonathan, Integritas
- Jakarta : Perkantas – Divisi Literatur, 2008
Lebang Tomi, Berbekal
Seribu Akal Pemerintahan Dengan Logika (Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama,2007) h.175
Maxwell
John C., Mengembangkan Kepemimpinan Di Dalam Diri Anda. Jakarta :
Binarupa Aksara,1995
Kasali
Rhenald, Let's Change Kepemimpinan, Keberanian, Dan Perubahan (Jakarta :
PT Kompas Media Nusantara, 2014)h.61
Kartasasmita
Ginanjar, Pembaruan dan pemberdayaan, (Jakarta, Ikatan Alumni ITB,
1996)h.3
Wahyudi
Alwi, Pemimpin panutan,Artikel (Jawa Pos Radar Madiun : Jum'at 25 juni 2004
Wibowo
A.Setyo, Cahyadi Haryanto, Mendidik Pemimpin Dan Negarawan Dialektika
Filsafat Pendidikan Politi Platon Dari Yunani Antik Hingga Indonesia,
(Yogyakarta : Penerbit Lamlera 2014)h.v
[1] Tomi Lebang, Berbekal
Seribu Akal Pemerintahan Dengan Logika (Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama,2007) h.175
[2]
A.Setyo Wibowo,Haryanto Cahyadi, Mendidik Pemimpin Dan NegarawanDialektika
Filsafat Pendidikan Politi Platon Dari Yunani Antik Hingga Indonesia,
(Yogyakarta : Penerbit Lamlera 2014)h.v
[3] Ibid,
h.287
[4] Alwi
Wahyudi, Pemimpin panutan,Artikel (Jawa Pos Radar Madiun : Jum'at 25 juni
2004
[5]
Ginanjar Kartasasmita, Pembaruan dan pemberdayaan, (Jakarta, Ikatan
Alumni ITB, 1996)h.3
[6]
Rhenald Kasali, Let's Change Kepemimpinan, Keberanian, Dan Perubahan (Jakarta
: PT Kompas Media Nusantara, 2014)h.61
Tidak ada komentar:
Posting Komentar