http://tripwow.tripadvisor.com/tripwow/ta-074f-388e-fa04?ln maswin: September 2025

Selasa, 30 September 2025

 

Perencanaan Pembelajaran 

1. Pengertian Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran adalah proses sistematis yang dilakukan guru atau pendidik untuk merancang kegiatan belajar mengajar agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Dalam perencanaan ini, guru menyusun tujuan, materi, metode, media, serta penilaian yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Intinya, perencanaan pembelajaran adalah peta jalan yang memandu proses belajar agar lebih terarah, terukur, dan bermakna.

2. Desain Perencanaan Pembelajaran

Desain perencanaan pembelajaran merupakan rangka atau model penyusunan pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk dokumen seperti RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) atau Silabus.

Komponen utama dalam desain perencanaan pembelajaran meliputi:

  • Tujuan pembelajaran → kompetensi yang harus dicapai siswa.

  • Analisis kebutuhan belajar → karakteristik peserta didik, gaya belajar, kesiapan.

  • Materi pembelajaran → isi atau topik yang akan dipelajari.

  • Strategi & metode → pendekatan (misalnya saintifik, problem based learning).

  • Media & sumber belajar → buku, video, lingkungan, teknologi.

  • Langkah kegiatan → kegiatan pendahuluan, inti, penutup.

  • Penilaian & evaluasi → tes, portofolio, observasi, refleksi.

3. Fungsi Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran memiliki beberapa fungsi utama:

  1. Sebagai pedoman → memberi arah dan acuan guru dalam mengajar.

  2. Mengoptimalkan pembelajaran → agar kegiatan belajar lebih efektif, efisien, dan sesuai tujuan.

  3. Mengantisipasi hambatan → guru bisa menyiapkan alternatif strategi jika ada kendala.

  4. Menjamin keterpaduan → menyatukan tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi secara sistematis.

  5. Mempermudah evaluasi → membantu menilai sejauh mana tujuan tercapai.

  6. Meningkatkan profesionalitas guru → guru lebih siap, terukur, dan reflektif dalam mengajar.

Jadi, perencanaan pembelajaran bisa dipahami sebagai:

  • Pengertian: proses sistematis menyusun pembelajaran.

  • Desain: kerangka yang memuat tujuan, materi, metode, media, evaluasi.

  • Fungsi: pedoman, pengarah, pengendali, serta alat evaluasi pembelajaran.


 KORUPSI

1. Pengertian Korupsi

Korupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan, jabatan, atau kepercayaan untuk kepentingan pribadi atau kelompok dengan cara melanggar aturan hukum dan etika. Secara umum, korupsi identik dengan perbuatan tidak jujur, manipulatif, dan merugikan kepentingan publik atau negara.

Menurut UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, korupsi mencakup perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain/korporasi yang merugikan keuangan atau perekonomian negara.

2. Bentuk-Bentuk Korupsi

Beberapa bentuk korupsi yang umum terjadi, antara lain:

  1. Suap (bribery) → pemberian atau penerimaan sesuatu (uang/barang/jasa) untuk memengaruhi keputusan.

  2. Penggelapan (embezzlement) → penyalahgunaan aset/uang negara atau organisasi oleh pihak yang diberi kewenangan.

  3. Nepotisme → mengutamakan keluarga atau kerabat dalam jabatan, proyek, atau kesempatan.

  4. Penyalahgunaan wewenang (abuse of power) → menggunakan jabatan/kekuasaan untuk keuntungan pribadi.

  5. Mark up / mark down → penggelembungan harga dalam proyek atau laporan keuangan.

  6. Pemerasan (extortion) → memaksa orang lain memberi sesuatu dengan ancaman atau tekanan.

  7. Gratifikasi ilegal → penerimaan hadiah yang berkaitan dengan jabatan, baik secara langsung maupun tidak.

  8. Perdagangan pengaruh (trading in influence) → menggunakan kedekatan dengan pejabat untuk mendapatkan keuntungan.

3. Penyebab Korupsi

Korupsi muncul karena berbagai faktor, baik dari individu maupun sistem:

Faktor Individu (internal)

  • Keserakahan dan moralitas yang rendah.

  • Gaya hidup konsumtif dan hedonis.

  • Lemahnya integritas dan rasa tanggung jawab.

Faktor Lingkungan/Sistem (eksternal)

  • Lemahnya penegakan hukum.

  • Kurangnya transparansi dan akuntabilitas.

  • Gaji atau kesejahteraan pegawai yang rendah.

  • Budaya permisif (masyarakat menganggap korupsi hal biasa).

  • Adanya celah birokrasi yang berbelit sehingga membuka peluang suap.

 

Sasaran Supervisi Akademik (SP Akademik)

Supervisi Akademik pada dasarnya bertujuan meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas melalui pembinaan profesional guru. Sasaran utamanya mencakup:

1.  Peningkatan Kompetensi Guru

Kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian.

Guru lebih mampu merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran.

2.  Perbaikan Proses Pembelajaran

Menjadikan pembelajaran lebih aktif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan berpusat pada peserta didik.

3.  Peningkatan Kualitas Hasil Belajar

Dengan pembelajaran yang baik, capaian belajar siswa akan meningkat.

4.  Pembinaan Profesionalisme Berkelanjutan

Supervisi bukan hanya menilai, tetapi juga membimbing agar guru terus berkembang sesuai tuntutan kurikulum dan IPTEK.

 

Peran Supervisor Akademik

Supervisor akademik (biasanya kepala sekolah, pengawas, atau dosen pembimbing) memiliki beberapa peran penting, di antaranya:

1.  Peran sebagai Evaluator

Menilai pelaksanaan pembelajaran guru berdasarkan standar yang berlaku.

2.  Peran sebagai Konsultan/Pembimbing

Memberi saran, masukan, dan solusi atas kendala yang dihadapi guru dalam

proses belajar-mengajar.

3.  Peran sebagai Motivator

Mendorong dan menginspirasi guru untuk berinovasi, kreatif, dan percaya diri

dalam mengajar.

4.  Peran sebagai Fasilitator

Menyediakan sumber belajar, media, atau kesempatan pelatihan agar guru

dapat meningkatkan kompetensinya.

 

5.  Peran sebagai Kolaborator

Mengajak guru berdiskusi, berbagi pengalaman, dan bekerja sama dalam

merancang strategi pembelajaran.

 

Jadi, sasaran SP Akademik adalah meningkatkan mutu guru dan pembelajaran, sedangkan peran supervisor adalah membimbing, mengevaluasi, dan memfasilitasi guru agar berkembang profesional.


 

SUPERVISI PENDIDIKAN


1. Kedudukan Supervisi Pendidikan

Supervisi pendidikan menempati posisi penting dalam sistem pendidikan sebagai bagian dari manajemen pendidikan. Supervisi menjadi alat untuk:

  • Meningkatkan kualitas pembelajaran.
  • Membantu guru dalam mengembangkan kompetensinya.
  • Menjadi jembatan antara kebijakan pendidikan dengan praktik di sekolah.
    Kedudukannya bukan sebagai “pengawas” yang mencari kesalahan, melainkan sebagai mitra pembina untuk perbaikan proses belajar-mengajar.

 

2. Fungsi Supervisi Pendidikan

Fungsi supervisi pendidikan meliputi:

  • Fungsi pengembangan → meningkatkan kemampuan profesional guru.
  • Fungsi pembinaan → membina hubungan kerja yang harmonis antarpendidik.
  • Fungsi evaluasi → menilai keberhasilan proses pembelajaran.
  • Fungsi motivasi → memberi dorongan agar guru lebih semangat dan kreatif.
  • Fungsi koordinasi → menyinergikan kegiatan pendidikan agar selaras dengan tujuan sekolah.

 

3. Prinsip Supervisi Pendidikan

Prinsip-prinsip yang harus dipegang dalam supervisi antara lain:

  • Ilmiah → berdasarkan data yang objektif.
  • Demokratis → menghargai pendapat dan kerja sama.
  • Konstruktif dan kreatif → memberi solusi, bukan sekadar kritik.
  • Kontinu → dilakukan secara berkesinambungan.
  • Kooperatif → melibatkan semua pihak dalam suasana saling percaya.
  • Humanis → memperhatikan aspek psikologis guru dan peserta didik.

4. Teknik Supervisi Pendidikan

Teknik supervisi dibagi menjadi dua:

  1. Teknik Individual
    • Kunjungan kelas
    • Percakapan pribadi (individual conference)
    • Observasi kelas
    • Supervisi klinis
  2. Teknik Kelompok
    • Diskusi kelompok
    • Rapat guru
    • Workshop atau pelatihan
    • Lesson study
    • Demonstrasi pembelajaran

5. Proses Supervisi Pendidikan

Tahapan dalam pelaksanaan supervisi pendidikan:

  1. Perencanaan → Menyusun tujuan, program, dan metode supervisi.
  2. Pelaksanaan → Melakukan observasi, kunjungan, atau pembinaan sesuai rencana.
  3. Evaluasi → Menganalisis data hasil supervisi, baik kelebihan maupun kekurangan.
  4. Tindak Lanjut → Memberikan rekomendasi, bimbingan, atau pelatihan lanjutan untuk peningkatan mutu pembelajaran.

Jumat, 26 September 2025



Marpala Gamabi : Harmoni Ilmu, Jiwa, dan Lingkungan


Oleh  : Hadi Winarno


Mahasiswa sering digambarkan sebagai kelompok muda yang penuh semangat, idealisme, dan keberanian. Mereka bukan hanya menuntut ilmu di ruang-ruang kelas, tetapi juga mencari pengalaman hidup di luar bangku kuliah. Salah satu jalannya adalah melalui organisasi pecinta alam. Dari sanalah tumbuh pribadi yang tangguh, peduli, dan memiliki kesadaran mendalam tentang hubungan manusia dengan alam semesta.

Pecinta alam di kalangan mahasiswa bukan sekadar perkumpulan hobi mendaki gunung atau berkemah. Lebih dari itu, ia adalah sekolah kehidupan. Di sana, mahasiswa belajar arti persaudaraan, ketahanan fisik dan mental, serta tanggung jawab sosial. Setiap langkah di jalur pendakian, setiap malam yang dilalui di bawah bintang, dan setiap tetes keringat yang tercurah dalam kegiatan alam bebas, menjadi guru yang tak tertulis dalam kurikulum perkuliahan.

Alam memberikan pelajaran kejujuran dan kesederhanaan. Di puncak gunung, mahasiswa pecinta alam menyadari betapa kecilnya manusia di hadapan ciptaan Tuhan. Di dasar jurang, mereka belajar untuk selalu waspada. Saat menolong teman yang kelelahan, tumbuh nilai solidaritas yang tidak tergantikan. Semua itu menjadi bekal karakter yang menguatkan identitas mahasiswa sebagai agen perubahan.

Namun, menjadi pecinta alam bukan hanya soal petualangan. Ada tanggung jawab moral yang harus dipikul. Alam hari ini menghadapi ancaman: hutan gundul, pencemaran sungai, hilangnya satwa, dan krisis iklim yang kian nyata. Mahasiswa pecinta alam hadir membawa kesadaran kritis—menyuarakan perlunya pelestarian, menginisiasi aksi penghijauan, hingga terjun langsung menjadi relawan saat bencana melanda. Di situlah terjalin harmoni antara ilmu pengetahuan yang mereka peroleh di kampus dan pengabdian nyata bagi lingkungan.

Marpala Gamabi, adalah simbol keseimbangan. Mereka menggabungkan intelektualitas dengan jiwa petualang, mengawinkan idealisme dengan kepedulian sosial, serta memadukan cinta tanah air dengan cinta alam semesta. Dari ruang diskusi hingga hutan belantara, dari kampus hingga tebing curam, mereka hadir sebagai wajah generasi muda yang tidak hanya berpikir untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk sesama manusia dan bumi tempat berpijak.


"Mencintai alam bukan hanya dengan mendaki gunung, tapi juga dengan menjaga setiap pohon, sungai, dan makhluk hidup di dalamnya. Ingat, kalian adalah penjaga masa depan, dan alam yang kita tinggali saat ini adalah pinjaman dari anak cucu kita nanti." (Hadi Winarno, Pra Diklatsar, STIT Al Marhalah Al Ulya Bekasi, 27 Sepetember 2025)

Pra diklatsar di kampus STAI Al Marhalah Al Ulya Bekasi, Anggota Marpala Gamabi  merasakan makna lebih dalam dari sekadar aktivitas fisik. Ada pesan moral yang selalu menyertai: menjaga alam berarti menjaga kehidupan.

Pada akhirnya, mahasiswa dan pecinta alam adalah cermin dari kesadaran hidup: belajar, berjuang, dan menjaga. Mereka bukan hanya pencari ilmu, tetapi juga penjaga alam. Dan selama semangat itu tetap hidup, akan selalu ada harapan bahwa bumi ini tetap lestari  nilai kepedulian tidak akan terputus oleh zaman. di tangan generasi ppenerus.


Bekasi, 28 September 2025


Selasa, 23 September 2025

 


PPL STAI Al Marhalah Al-Ulya Berakhir: Jejak yang Tak Terlupakan

 

Hari demi hari berlalu, akhirnya Program Pengalaman Lapangan (PPL) STAI Al Marhalah Al-Ulya resmi berakhir. Perjalanan yang dimulai dengan penuh semangat dan rasa penasaran itu kini menorehkan jejak kenangan yang tak akan mudah dilupakan.

Selama masa PPL, para mahasiswa bukan hanya belajar mengajar atau mengamati, tetapi juga merasakan denyut kehidupan nyata di lapangan. Mereka berinteraksi dengan guru, siswa, dan masyarakat; mencoba memahami dinamika kelas; serta menguji kesabaran sekaligus ketangguhan diri. Setiap tantangan yang muncul menjadi guru terbaik, mengajarkan bahwa dunia pendidikan membutuhkan lebih dari sekadar teori—ia butuh keikhlasan, kedewasaan, dan rasa peduli.

Berakhirnya PPL bukan berarti perjalanan usai. Justru, inilah awal dari langkah baru: langkah menuju kedewasaan akademik dan pengabdian yang sesungguhnya. Pengalaman yang didapat akan menjadi bekal berharga saat nanti mereka terjun sebagai pendidik, pemimpin, atau penggerak masyarakat.

Hadi Winarno selaku ketua III STAI Al Marhalah Al Ulya Bekasi yang menghadiri penutupan PPL di SMPIT Ibnu Rusyd mengucapkan banyak-banyak terimakasih kepada kepala sekolah, guru pembimbing serta seluruh dewan guru, yang telah mau meluangkan waktu untuk membimbing mahasiswa STAI Al Marhalah Al Ulya Bekasi. Hadi Winarno juga meminta maaf kepada kepala sekolah dan seluruh guru SMPIT Ibnu Rusyd jika ada kesalahan atau kekurangan yang dilakukan oleh para mahasiswa.

Ibu Ana selaku kepala sekolah SMPIT Ibnu Rusyd dalam sambutannya mengatakan terimakasih kepada pimpinan STAI Al Marhalah Al Ulya Bekasi yang telah mengirim mahasiswanya untuk PPL disekolah yang dipimpinnya. Kehadiran mahasiswa PPL di SMPIT Ibnu Rusyd sangat membantu dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, khususnya dibidang extra kurikuler dan beliau selaku kepala sekolah berharap waktu pelaksanaan PPL agak lebih panjang  dan mengirim banyak mahasiswa.

Syarifuddin yang di SMPIT Ibnu Rusyd dipanggil Ust. Udin selaku perwakilan mahasiswa PPL mengatakan bahwa PPL ini merupakan pengalaman berharga bagi hidupnya, karena bisa banyak belajar tentang ketrampilan komunikasi, baik saat mengajar siswa atau dengan para dewan guru. Ust Udin juga berharap kepada Ibu Ana selaku kepala sekolah untuk mengijinkan bisa datang lagi baik itu membantu kegiatan sekolah atau untuk kegiatan mengambil data pelitian bahan skripsi.

Akhirnya kegiatan PPL ini ditutup dengan penandatanganan MOU antara STAI Al Marhalah Al Ulya Bekasi dengan SMPIT Ibnu Rusyd  Bekasi.

Kini, meski PPL sudah selesai, diharapkan mahasiswa tetap semangat untuk terus belajar dan mengabdi. Sebab, jejak yang telah ditinggalkan di lapangan akan selalu menjadi pengingat bahwa ilmu sejati adalah yang bermanfaat bagi sesama.


Sabtu, 20 September 2025


 



Karang Taruna RW 07 Pesanggrahan: Patriot Penjaga Budaya Daerah

Oleh Hadi Winarno

Di sebuah sudut Jakarta Selatan, tepatnya di Kelurahan Pesanggrahan, berdiri sebuah komunitas pemuda yang tidak hanya berperan sebagai penggerak sosial, tetapi juga sebagai benteng terakhir pelestarian budaya. Mereka adalah Karang Taruna RW 07 Pesanggrahan, sebuah organisasi kepemudaan yang dengan penuh semangat mengemban misi menjaga warisan leluhur dari arus globalisasi yang kian deras.

Bagi Karang Taruna RW 07, menjadi pemuda bukan sekadar tentang energi dan kreativitas, melainkan juga tentang keberanian menjadi patriot—penjaga identitas daerah. Mereka sadar, budaya adalah jati diri bangsa. Tanpa budaya, masyarakat akan tercerabut dari akarnya, kehilangan arah, dan mudah larut dalam hegemoni modernitas.

Setiap kegiatan yang digelar oleh Karang Taruna selalu berorientasi pada penguatan nilai budaya. Mereka menghidupkan kembali seni-seni tradisional Betawi yang nyaris pudar, seperti lenong, gambang kromong, marawis. Tak jarang, mereka mengadakan pentas budaya di tingkat RW, menghadirkan suasana guyub yang hangat, sekaligus memperkenalkan kepada generasi muda bahwa tradisi adalah kebanggaan, bukan beban masa lalu.

Tak hanya seni pertunjukan, Karang Taruna RW 07 juga menjadi wadah pembelajaran nilai gotong royong. Dalam setiap kegiatan sosial, mulai dari kerja bakti hingga bakti sosial, selalu ada pesan budaya yang disisipkan: bahwa solidaritas adalah warisan luhur masyarakat Indonesia. Mereka percaya, jika semangat kebersamaan terus dijaga, maka budaya akan tetap hidup dan berkembang seiring zaman.

Lebih dari itu, mereka juga aktif melakukan edukasi kepada anak-anak dan remaja. Melalui program pelatihan penulisan dan diskusi budaya, Karang Taruna RW 07 memastikan bahwa generasi muda tidak hanya mengenal budaya dari buku pelajaran, melainkan juga merasakannya secara nyata. Dengan cara itu, mereka berharap muncul generasi penerus yang bangga dan siap melanjutkan estafet pelestarian.

Seorang tokoh masyarakat Pesanggrahan, Hadi Winarno, menegaskan:

“Pemuda yang mencintai budaya adalah pemuda yang tidak pernah kehilangan arah. Karang Taruna RW 07 telah menunjukkan, bahwa menjaga tradisi adalah bentuk nyata patriotisme di era modern.”

Keberadaan Karang Taruna RW 07 Pesanggrahan adalah bukti nyata bahwa di balik hiruk pikuk kota besar, masih ada sekelompok pemuda yang teguh menjaga identitas lokal. Mereka tidak sekadar berorganisasi, tetapi juga berjuang, menjaga, dan merawat warisan leluhur dengan hati.

Merekalah patriot sejati, penjaga budaya daerah, yang terus berikhtiar agar tradisi tidak hanya menjadi kenangan, tetapi tetap hidup, bernapas, dan menyatu dengan denyut nadi masyarakat.

Pesanggrahan, 21 September 2025

Jumat, 19 September 2025


 



Kader HMI Harus Mandiri dan Militan

Hadi Winarno

Sejak berdirinya pada 5 Februari 1947, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) telah memainkan peran penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Sebagai organisasi kader, HMI tidak hanya mencetak mahasiswa berprestasi secara akademis, tetapi juga melahirkan pemimpin-pemimpin bangsa yang berpengaruh di berbagai bidang. Kunci dari keberhasilan tersebut terletak pada karakter kader HMI yang mandiri dan militan.

Kemandirian Kader

Kemandirian adalah ciri khas kader HMI yang sejati. Seorang kader tidak boleh menggantungkan pemikiran, tindakan, bahkan masa depannya pada orang lain. Kemandirian itu tampak dalam kemampuan berpikir kritis, bersikap dewasa, dan bertanggung jawab atas segala pilihan hidup.

Nurcholish Madjid, salah satu tokoh besar HMI, pernah menekankan pentingnya kemandirian intelektual. Menurutnya, mahasiswa harus menjadi insan akademis yang merdeka dalam berpikir, tidak mudah terikat pada dogma yang membelenggu kreativitas dan daya cipta. Dengan kemandirian inilah, kader HMI dapat menjadi motor perubahan yang membawa pencerahan bagi masyarakat.

Kemandirian juga berarti keberanian untuk mandiri secara ekonomi. Kader HMI harus mengasah kemampuan wirausaha, manajemen diri, dan tidak hanya bergantung pada orang tua atau bantuan pihak luar. Seorang kader yang mandiri secara finansial akan lebih bebas menentukan sikap, tidak mudah terjebak pada kepentingan pragmatis, dan mampu membiayai perjuangannya sendiri.

Militansi dalam Perjuangan

Selain mandiri, kader HMI dituntut untuk militan. Militansi berarti memiliki semangat juang yang tinggi, konsisten, serta pantang menyerah dalam menghadapi tantangan. Militansi kader HMI teruji dalam berbagai fase sejarah bangsa: dari masa perjuangan kemerdekaan, penegakan demokrasi, hingga era reformasi.

Lafran Pane, pendiri HMI, pernah menyampaikan bahwa mahasiswa Islam harus memiliki daya juang untuk mengabdi pada agama, bangsa, dan tanah air. Militansi itu tampak dalam kesungguhan kader untuk berorganisasi, beribadah, dan membela kebenaran, meskipun harus berhadapan dengan risiko besar.

Militansi bukan berarti keras kepala tanpa arah, melainkan sikap konsisten dalam menegakkan nilai-nilai Islam, keadilan, dan kebenaran. Seorang kader militan akan terus belajar, berkorban, dan berjuang tanpa mengharapkan balasan selain ridha Allah SWT.

Kader Pemimpin Perubahan

Kemandirian dan militansi adalah dua sisi mata uang yang saling melengkapi. Kemandirian memberi arah, sedangkan militansi memberi energi perjuangan. Kader HMI yang memiliki keduanya akan tampil sebagai pemimpin yang berintegritas, visioner, dan kokoh dalam menghadapi tantangan zaman.

Bukti nyata dapat kita lihat dari lahirnya banyak tokoh bangsa dari rahim HMI. Mulai dari cendekiawan, birokrat, politisi, hingga aktivis masyarakat sipil, mereka semua ditempa dalam kultur kemandirian dan militansi.

Maka, tugas kader hari ini adalah melanjutkan tradisi itu dengan memperkuat diri secara intelektual, spiritual, ekonomi, dan sosial. Dengan begitu, HMI akan tetap menjadi kawah candradimuka bagi lahirnya insan cita yang mampu mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT.

Bekasi, 19 September 2025